Thoharoh secara bahasa artinya bersih, kebersihan atau bersuci. Sedangkan menurut istilah ialah suatu kegiatan bersuci dari hadats dan najis sehingga seseorang diperbolehkan untuk mengerjakan suatu ibadah yang dituntut dalam keadaan suci seperti sholat dan thowaf.
Kegiatan bersuci dari hadats dapat dilakukan dengan berwudhu, tayammum dan mandi, sedangkan bersuci dari najis meliputi mensucikan badan, pakaian dan tempat.
Dalil yang memerintahkan untuk bersuci antara lain :
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri”. (Al-Baqarah : 222).
“Dan bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah perbuatan yang kotor (dosa). (Al-Muddatstsir : 4 – 5).
“Kebersihan itu sebagian dari iman.” (HR. Mulim dari Abu Said Al-Khudri).
“Allah tidak akan menerima sholat seseorang yang tidak bersuci.” (HR. Muslim).
Pengertian Najis
Najis dalam pandangan syariat Islam yaitu benda yang kotor yang mencegah sahnya suatu ibadah yang menuntut seseorang dalam keadaan suci seperti sholat dan thowaf. Dalam Al-Qur’an perkataan najis disebut juga dengan “rijsun” seperti tercantum dalam surat Al-Maidah ayat 90 :
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.
Benda yang kelihatan kotor belum tentu najis, begitu juga sebaliknya. Misalnya, pakaian yang terkena tanah atau debu akan menjadi kotor tetapi tidak najis sehingga sah jika digunakan dalam sholat, tetapi sebaiknya harus dibersihkan terlebih dahulu. Dalam keadaan lain pakaian yang terkena kencing walaupun tidak berbekas lagi hukumnya adalah terkena najis dan tidak sah bila digunakan untuk sholat.
Alat-alat yang digunakan dalam Thoharoh
- Air, seperti air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air dari mata air, air salju (es) dan air embun.
- Bukan air, seperti debu dan benda-benda kesat lainnya seperti batu, kayu, kertas dan lain-lain.
Ditinjau dari hukumnya, air dibagi menjadi empat macam :
- Air Mutlak atau Thohir Muthohir (suci menyucikan), yaitu air yang
masih asli dan belum tercampur dengan benda lain yang terkena najis.
Contohnya air hujan dan air laut.
Allah SWT berfirman :
“Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu.” (QS. Al-Anfal : 11).
“Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih.” (QS. Al-Furqan : 48).
“Laut itu airnya suci dan bangkainya halal dimakan.” (HR. At-Turmudzi). - Air yang dipanaskan dengan matahari (air musyammas), ialah air yang terjemur pada matahari dalam bejana selain emas dan perak tetapi dalam bejana yang terbuat dari logam yang dapat berkarat. Air jenis ini suci dan menyucikan tetapi hukumnya makruh untuk digunakan karena dikhawatirkan akan menimbulkan penyakit. Adapun air yang berada di dalam bejana bukan logam atau air yang dipanaskan bukan dengan matahari seperti direbus tidak termasuk dalam jenis air musyammas. Diriwayatkan dari Aisyah ra, sesungguhnya dia memanaskan air pada sinar matahari, maka Rasulullah bersabda kepadanya. “Jangan engkau berbuat begitu wahai humaira, karena sesungguhnya yang demikian itu akan menimbulkan penyakit barash (sapak)”. (HR. Al-Baihaqi).
- Air Muta’mal atau thohir ghairu muthohir (suci tidak mensucikan),
yaitu air yang hukumnya suci tetapi tidak dapat untuk menyucikan. Ada
tiga macam air yang termasuk jenis ini, yaitu :
- Air suci yang dicampur dengan benda suci lainnya sehingga air itu berubah salah satu sifatnya (warna, bau atau rasanya). Contoh air kopi, teh.
- Air suci yang sedikit yang kurang dari 2 kullah yang sudah dipergunakan untuk bersuci walalupun tidak berubah sifatnya.
- Air buah-buahan dan air pepohonan seperti air kelapa, air nira dan sebagainya.
- Air Najis, yaitu air yang tadinya suci dan kurang dari 2 kullah
tetapi terkena najis walaupun tidak berubah sifatnya atau air yang lebih
dari 2 kullah terkena najis berubah salah satu sifatnya. Air jenis ini
tidak sah bila digunakan untuk berwudhu, mandi atau menyucikan benda
yang terkena najis.
“Air itu tidak dinajisi sesuatu, kecuali telah berubah rasanya, warnanya atau baunya.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).
“Apabila air itu cukup dua qullah tidak dinajisi suatu apapun.” (HR. Imam yang lima).
Macam-macam dan Najis dan Cara Menghilangkannya
1. Najis Mukhoffafah (ringan)
Yang termasuk dalam najis ringan adalah air kencing anak laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan atau minum sesuatu selain ASI.
Cara menghilangkan najis ringan adalah dengan memercikkan air pada benda yang terkena najis tersebut, sebagaimana sabda Rasul :
“Dibasuh dari kencing anak perempuan dan dipercikkan air dari air kencing anak laki-laki.” (HR. Abu Daud dan An-Nasai).
2. Najis Mutawassithoh (sedang)
Yang termasuk kelompok najis ini adalah :
- Bangkai
“Diharamkan atas kamu bangkai”. (QS. Al-Maidah : 3).
“Segala sesuatu (anggota tubuh) yang dipotong dari binatang yang masih hidup termasuk bangkai”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi dari Abi Waqid Al-Laitsi).
Bangkai yang tidak termasuk najis adalah ikan dan belalang, keduanya halal untuk dimakan.
- Darah
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi.” (QS. Al-Maidah : 3).
- Nanah
- Muntah
- Kotoran manusia dan binatang
- Arak (khamar)
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan.” (QS. Al-Maidah : 90).
Najis mutawashithoh terbagi dua, yaitu :
(1) Najis ‘Ainiyah, yaitu najis mutawashitoh yang masih kelihatan wujudnya, warnanya dan baunya. Cara membersihkannya dengan menghilangkan najis tersebut dan membasuhnya dengan air sampai hilang warna, bau dan rasanya.
(2) Najis Hukmiyah, yaitu najis yang diyakini adanya tetapi sudah tidak kelihatan wujudnya, warnanya dan baunya. Contohnya adalah air kencing yang sudah mengering. Cara membersihkannya cukup dengan menggenangi/menyirami air mutlaq pada tempat yang terkena najis hukmiyah tersebut.
3. Najis Mughallazhoh (berat)
Yang termasuk najis ini adalah air liur dan kotoran anjing dan babi. Cara menghilangkan najis mughollazoh adalah dengan menyuci najis tersebut sebanyak tujuh kali dengan air dan salah satunya dengan memakan debu yang suci. Rasulullah SAW bersabda :
“Sucinya tempat dan peralatan salah seorang kamu, apabila dijilat anjing hendaklah dicuci tujuh kali, salah satunya dengan debu (tanah).” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar